Pasar keuangan adalah lingkungan yang sangat dinamis di mana tidak ada satu pun yang permanen, kecuali perubahan itu sendiri. Harga aset naik, turun, berkonsolidasi, membuat pergerakan palsu, dan sering mengejutkan bahkan pelaku pasar paling berpengalaman sekalipun. Dalam lingkungan seperti ini, upaya menemukan “cawan suci” berwujud satu strategi trading paling sempurna sudah pasti akan gagal. Solusi yang lebih langgeng dan profesional adalah pendekatan multi-strategi – persis seperti cara trading hedge fund dan investor institusional terbesar.

Dalam intisari ini, kita akan membahas dengan saksama mengapa Anda tidak bisa mengandalkan satu strategi saja, gaya market apa yang perlu alat bantu berbeda, cara hedge funds membangun strategi diversifikasi portofolio, dan apa yang bisa dipelajari investor atau trader individual dari ini.

Bagian I. Mengapa Satu Strategi Tidak Bekerja di Semua Fase Pasar

1. Sifat Pasar yang Punya Beberapa Fase

Pasar hidup dalam siklus. Meskipun kita tidak akan membahas siklus ekonomi klasik (ekspansi – overheating – melambat – krisis), di level yang lebih praktis, sistem trading yang mana pun menjalani tiga rezim kunci market:

  • Tren (naik atau turun) – saat aset bergerak ke satu arah selama periode berkepanjangan.
  • Konsolidasi (sideways) – ketika harga diperdagangkan dalma kisaran tanpa arah yang jelas.
  • Volatilitas tinggi dan Sell-off (crash) – saat market ada di bawah tekanan, likuiditas drop, dan pergerakan menjadi kacau dan tajam.

Setiap rezim menghasilkan permintaan berbeda untuk strategi. Apa yang bekerja dalam tren bisa “menghabisi” deposit dalam konsolidasi. Dan apa yang menghasilkan profit dalam konsolidasi akan menghasilkan serangkaian kerugian selama sell-off.

2. Masalah Strategi Universal

Trader pemula banyak yang melakukan kesalahan klasik: mereka mencari suatu strategi yang “akan selalu bekerja”. Mereka mengetes algoritme, mengoptimalkan parameter, dan berakhir dengan alat yang sangat cocok dengan periode historis tertentu. Tapi begitu fase market berubah, sistem berhenti bekerja. Inilah mengapa dana-dana terbesar pun tidak mengandalkan pendekatan tunggal. Mereka membangun keseluruhan set strategi dan model, di mana masing-masing set punya tujuan berbeda.

Bagian II. Cara Hedge Funds Membangun Portofolio Multi-Strategi

1. Prinsip “Keranjang Strategi”

Kebanyakan hedge funds besar (seperti Bridgewater, Renaissance Technologies, Citadel) tidak menaruh semua telur di satu keranjang. Portofolio mereka terdiri dari lusinan atau ratusan strategi, yang sering beroperasi di pasar dan cakrawala waktu yang berbeda-beda:

  • Algoritme mengikuti tren
  • Strategi arbitrase
  • Model netral ke pasar mana pun
  • Strategi volatilitas
  • Strategi yang didorong peristiwa/acara

Yang menjadi sasaran dana-dana itu bukan “menangkap trading paling bagus”, tapi menyeimbangkan portofolio strategi supaya – apa pun fase marketnya – mereka punya proteksi dan peluang menghasilkan profit.

2. Fund yang Mengikuti Tren (CTA)

Funds yang berspesialisasi dalam “Commodity Trading Advisors” (CTA) sering memakai strategi mengikuti tren. Mereka sangat jago menghasilkan profit dalam periode pergerakan direksional (contohnya, crash minyak di 2014 atau bangkitnya gold di 2024). Akan tetapi, dalam periode konsolidasi, sistem yang sama berujung rugi. Inilah alasan para profesional selalu memadukan strategi mengikuti tren dengan model netral atau arbitrase.

3. Contoh: Renaissance Technologies

Salah satu hedge funds paling sukses dalam sejarah, Renaissance Technologies, terkenal memiliki ratusan mikro-strategi berdasarkan pola statistik. Setiap mikro-strategi mungkin menciptakan profit sangat kecil, tapi secara kolektif menghasilkan imbal hasil yang stabil. Di waktu yang sama, perusahaan dana ini terus-menerus menonaktifkan dan menambah strategi, beradaptasi dengan perubahan di lingkungan pasar.

Bagian III. Tipologi Strategi Berdasarkan Fase Market

1. Strategi untuk Market yang Trending

  • Mengikuti tren: Membeli aset yang sedang naik dan menjual yang turun.
  • Trading momentum: Bertaruh di kelanjutan impulse jangka pendek.

Strategi tren menghasilkan uang ketika ada arah yang stabil. Kelemahannya terletak di periode konsolidasi dan false breakout.

2. Strategi untuk Pasar yang Berkonsolidasi

  • Mean reversion: Jual di puncak kisaran, lalu beli di dasar.
  • Arbitrage trade: Eksploitasi inefisiensi harga.

Pendekatan-pendekatan ini efektif ketika market berada dalam kisaran, tapi menjadi tidak menguntungkan selama breakout kuat.

3. Strategi untuk Sell-Off dan Krisis

  • Strategi volatilitas: Membeli options, futures VIX.
  • Tail risk hedging: Melindungi dari peristiwa ekstrem.

Instrumen-instrumen ini sering kehilangan uang di saat “damai” tapi jadi penyelamat selama krisis.

Bagian IV. Diversifikasi strategi sebagai pelindung modal

1. Prinsip Tidak Bisa Diprediksi

Tidak ada yang bisa tahu di awal rezim pasar besok akan seperti apa. Oleh karena itu, kunci menuju stabilitas adalah diversifikasi. Kalau Anda hanya punya strategi mengikuti tren, kemungkinan besar Anda akan rugi dalam konsolidasi. Kalau punya strategi range-bound (kisaran), Anda bisa jadi akan sengsara dalam tren. Kalau punya strategi defensif, Anda akan melewatkan sebagian besar pertumbuhan.

2. Korelasi Strategi

Tugas utama seorang profesional adalah menemukan strategi dengan korelasi yang rendah antara satu sama lain. Kalau satu strategi dapat profit dalam tren dan strategi lain dapat profit dalam konsolidasi, kombinasinya akan menghaluskan kurva profit.

3. Manajemen Modal

Punya beberapa strategi berbeda tidak cukup; Anda juga perlu mengalokasikan modal dengan tepat ke strategi-strategi itu. Sebagian dana sebaiknya ditaruh di “kuda pekerja” (strategi inti), sebagian lagi di instrumen defensif, dan sebagian di model eksperimental.

Bagian V. Hal yang Bisa Dipetik Trader dan Investor Individual

1. Lupakan “Cawan Suci”

Langkah pertama adalah berhenti mencari satu strategi universal. Strategi seperti itu tidak ada.

2. Set Strategi Minimal

Investor individual bisa berkembang dengan punya 2-3 strategi yang sudah terbukti:

  • Satu strategi mengikuti tren
  • Satu strategi berdasarkan kisaran (range-bound)
  • Satu strategi defensif

3. Terus-Menerus Beradaptasi

Market berubah, jadi Anda perlu rutin meninjau set strategi, menonaktifkan yang sudah tidak bekerja lagi, dan menambah strategi baru.

4. Perhatikan Pasar

Saat strategi mengikuti tren mengalami rugi (di 2025), ada baiknya mengalokasikan ulang sebagian modal ke pendekatan yang sudah dibahas: paritas risiko, taruhan fundamental terlindungi, dan strategi yang didorong peristiwa/acara.

5. Pakai Alat yang Tersedia

ETF seperti ISMF dari BlackRock menyediakan akses untuk diversifikasi. Ini opsi yang lebih simpel, transparan, dan aksesibel bagi investor individual.

6. Belajar dari Studi Kasus

Cerita para kawakan seperti Magnetar (posisi AI), Quantedge (sistem lintas pasar), Bridgewater (semua kondisi), and Rokos (diskresioner) bisa menginspirasi Anda menciptakan portofolio strategi milik sendiri.

Bagian VI. Tantangan Saat Ini untuk Tantangan dan Adaptasinya

1. Tantangan untuk Strategi yang Mengikuti Tren di 2025

Dana yang mengikuti tren menghadapi awal tahun terburuk sejak 1998, dengan tren yang lemah, pembalikan tajam, dan ketidakpastian tinggi. Man Group AHL dan tolok ukur lain juga mengalami kesulitan, sedangkan S&P 500 naik sebanyak 6,2% – waktu yang tepat untuk strategi diskresioner, tapi bukan untuk strategi sistematis. Ini menunjukkan bahkan pendekatan yang sudah terbukti pun terkadang perlu dijeda atau perlu berubah strategi.

2. Kekuatan Faktor Manusia

Selama gejolak di April 2025, pendekatan fleksibel mengikuti manusia (strategi diskresioner) terbukti lebih berhasil daripada pemodelan mesin. Ini bukti bahwa memadukan sistematika dan manajemen manusia lebih efektif.

Kesimpulan

Pasar keuangan adalah sistem di mana konstanta satu-satunya adalah perubahan. Anda tidak bisa mengandalkan satu strategi tunggal saja dan berharap strategi akan bertahan dalam setiap fase pasar. Inilah mengapa manajer hedge funds dan profesional membangun portofolio multi-strategi: model tren, konsolidasi, defensif, dan arbitrage bekerja bersama-sama untuk menciptakan hasil yang stabil.

Bagi investor individual, kesimpulan utamanya simpel – diversifikasi diperlukan bukan hanya di aspek aset (saham, obligasi, gold), tapi juga di strategi. Ini cara satu-satunya untuk melindungi modal dan memastikan imbal hasil jangka panjang yang stabil.